Minggu, 31 Maret 2024

Belajar Berfilsafat BAG. 2

 

Pembelajaran filsafat kali ini mengkaji beberapa Ideologi Pendidikan Matematika..

 

Industrial Trainer :
Merupakan sebuah pendekatan yang menekankan pada prinsip melaksanakan Pendidikan atau pelatihan di lingkungan industri atau dunia kerja. Pada fokus bidang matematika, siswa harus menguasai pengetahuan yang dapat menyelesaikan permasalahan di lingkungan kerja.

 

Technological Pragmatism :
Merupakan pendekatan dalam Pendidikan teknologi yang menekankan pada penggunaan penerapan matematika secara praktis terutama dalam penggunaan teknologi pada pembelajaran, Sehingga menghasilkan sebuah keterampilan khusus yang mampu memberikan siswa ruang untuk belajar teknologi.

 

Old Humanis :
Pendekatan Pendidikan yang berfokus pada nilai-nilai atau prinsip-psinsip humanis yaitu nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran matematika harus mampu membangun nilai kepribadian atau karakter siswa yang lebih baik.

 

Progresive Education :
Dapat diartikan sebagai Pendidikan progresif yang menekankan pada pendekatan yang berpusat pada siswa sehingga menghasilkan pembelajaran aktif dengan tujuan mengembangkan kreativitas tau potensi individual. Pada pendekatan ini, pembelajaran matematika menghadirkan permasalahan dunia nyata siswa sehingga siswa mampu membangun sendiri pemahaman atau pengetahuannya.

 

Public Educator :
Menurut pendekatan public educator, siswa tidak hanya mampu menyelesaikan permasalahan matematika sebagai seorang siswa di kelas, namun juga menjadi seorang pelajar yang bisa menyelesaikan permasalahan matematika yang ada di lingkungannya secara aktif dan terintegrasi pada kegiatan social di lingkungannya.

 

Behaviorisme:
Pada pendekatan behaviorisme ini menekankan pada pembelajaran yang terarah dengan guru mencotohkan Langkah demi Langkah penyelesaian masalah atau soal matematika lalu memberikan praktek drill soal dengan tujuan agar siswa terbiasa dan mengingat sebuah pembelajaran. Biasanya pendekatan ini akan dilaksanakan dengan pendekatan lain agar siswa tidak semata-mata hanya mengingat sebuah materi.

 

Constructivisme :
Pada pendekatan konstruktif ini menyoroti pada keberagaman siswa yang memiliki cara belajar sendiri yang unik, sehingga dalam pembelajaran, siswa dapat mampu membangun pengetahuannya sendiri. Sehingga guru bertindak menghadirkan pembelajaran yang bermakna berdasarkan pengalaman pembelajaran setiap siswa. Dalam pembelajaran matematika, guru akan menghadirkan suasana pembelajaran yang menyenangkan yang membuat siswa aktif dalam mengkonstruksi pemahaman mereka.

 

Absolutisme :
Pendekatan ini menekankan bahwa pembelajaran matematika itu mutlak dan universal. Pendekatan ini memandang bahwa terdapat sebuah set prinsip matematika yang harus diselesaikan secara akurat dan menghasilkan kurangnya fleksibilitas dalam pemecahan masalahan dengan sebuah prinsip tertentu. Siswa didorong untuk mencapai jawaban yang sesuai dengan aturan dan prosedur yang ditentukan kemudian dihafal sebagai sebuah konsep dasar. Seperti konsep perkalian dua buah bilangan negatif menghasilkan bilangan positif.

 

Cognitivisme :
Pendekatan ini menekankan pada pembelajaran yang memahamkan konsep matematika secara mendalam dan pembentukan struktur kognitif siswa. Dengan prinsip ini, siswa mampu mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan mampu mengeksplorasi masalahan serta menyelesaikannya.

 

Materialisme :
Pendekatan materialism pada pembelajaran matematika bertujuan untuk membuat konsep matematika menjadi lebih nyata dan mudah dipahami dengan menggunakan sumber daya atu materi dan alat pembelajaran yang relevan. Pemanfaatan teknologi dan berbagai media pembelajaran manipulative dapat membantu siswa untuk memperdalam pemahaman mereka tentang konsep matematika sehingga dapat meningkatkan keterampilan dalam pemecahan masalahan.

Dengan Tabel Penjelas Sebagai Berikut :

(Tambahan 5 )


Semoga Bermanfaat :)





 

Jumat, 15 Maret 2024

Belajar Berfilsafat Bag 1

 Tulisan ini dibuat berdasarkan Perkuliahan Filsafat Bagian 1 oleh Prof. DR. Marsigit, M.A.

Link sebelumnya : https://wordpress.com/view/deeancaffedream.wordpress.com

Hidup Manusia itu Metafisik

Yang ada akan selalu ada lagi. Maju tidak selesai dan mundur juga tidak selesai.
Mengapa demikian? Karena…

Manusia itu Tidak Sempurna

Mengapa manusia tidak sempurna? Sebab jika manusia sempurna, maka sejatinya dia tidak akan bisa hidup. Begitulah manusia, sempurna dalam ketidaksempurnaannya.

Hidup Manusia Berawal dari….

takdir dan pilihan. sesuatu yang Fatal dan Vital.
Dari kedua hal inilah muncul sesuatu yang Metafisik. Sebuah keadaan manusia di dalam keberadaannya dan ke-eksistensinya di dalam dunia. Bahwa manusia itu terikat pada sesuatu yang Fatal yaitu takdir yang diatur dalam Kuasa Tuhan yang melahirkan idealism, absolute, dan spiritualismse yang tidak bisa dirubah, dan terikat pada sesuatu yang Vital dengan semua pilihan manusia realism, materialisme, logis, analitik, yang berjalan seiringan dengan hukum alam yang berkaitan dengan pilihan.

Apriori dan Aposteriori

Pengetahuan sebelum pengalaman dan pengetahuan yang berdasarkan pengalaman atau sebuah bukti. Hakikatnya, manusia tidak bisa lepas oleh kedua hal tersebut, sesuatu yang Apriori dan sesuatu yang Aposteriori. Semua yang di atas adalah apriori, dan di bawah adalah aposteriori. Apriori itu paham walaupun belum melihat, sedangkan aposteriori itu didasarkan pada pengalaman. Jadi pengetahuan yang jenis ini didasarkan pengalaman, fenomena satu kepada peristiwa berikutnya. Dikarenakan pengalaman, munculllah empirisme.

Immanuel Kant, Aguste Compte

Imanuel Kant (1671) yang melahirkan aliran dualism yang mempercayai kedua ranah fatal dan vital. Lalu menurut Immanuel Kant, sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang dilahirkan dari perkawinan langit dan bumi (a priori dan sintetik) dan kemudian menghasilkan zaman modern. Lalu muncul seorang tokoh yang bernama Auguste Compte (1857) yang menentang dan mematahkan aliran-aliran filsafat sebelumnya, karena menurut aguste compte semua yang kamu kerjakan dan kamu pikirkan itu tidak ada gunanya bagi dunia serta agama itu tidak bisa membangun dunia karena tidak  logis yang didukung oleh aliran positivisme.

Kita, Manusia yang sekarang

“Kita seperti ikan asin dalam lautan yang bisa saja masuk ke dalam jala, yang ketika tidak mengerti banyak hal akan membawa bencana”. Kita sendiri sedang banyak digempur banyak hal dari kiri dan dari kanan yang mengancam diri kita. Jadi janganlah kita menjadi seperti batu yang dibentuk oleh gunung kesombongan.

Semoga Bermanfaat.

Dian Asmarani, sedang belajar berfilsafat.

 

Belajar Berfilsafat BAG. 2

  Pembelajaran filsafat kali ini mengkaji beberapa Ideologi Pendidikan Matematika..   Industrial Trainer : Merupakan sebuah pendekatan y...